Seperti biasa sehabis menutup kios saya duduk santai di teras depan rumah bersama istri. Namun, tiba-tiba ada si bujang yang datang berkunjung. Yang ingin menumpang duduk ngopi-ngopi sambil mengajak berdiskusi. Tak lama ada juga si akang tetangga yang datang. Usianya tiga puluh lima tahunan dengan baju berkerah dan celana pendek usang. Ia datang tidak dengan tangan kosong. Membawa dompet tebal berwarna hitam lusuh dengan tempelan stiker buatan sendiri. Sambil mengeluarkan isinya ia menegur saya dengan kata-kata "alhamdulillah abis dapet THR." Katanya uang itu sekitar tujuh ratus ribuan. Hasil tambahan dari iuran sampah bulanan. Sambil menunjuk ke arah sebelah rumah ia menghujat penghuninya, "bapak itu sih pelit ga ngasih THR, iuran saja kadang nunggak." Mendengar kalimat tersebut saya tersenyum dibuatnya. Si bujang ikutan senyum namun sambil menutup mata. Ternyata si akang menghitung uang THRnya dua kali. Cuma membolak-balik gambarnya saja. Istri saya berkata, "banyak banget kang duitnya, jangan-jangan dompetnya juga banyak." Ternyata si akang masih memiliki selipan uang di pinggir dompetnya. Kali ini si bujang kembali tersenyum namun sambil membuka mata. Sehabis si akang menghitung, dimasukkan lagi uangnya dan langsung beranjak pulang. Si bujang berkata, "si akang abis dapet gaji ke tiga belas ya bang?" Saya menjawabnya, "begitulah jang, meskipun cuma memumut sampah, tiap mau lebaran warga kasih iuran lebih seikhlasnya, berbeda dengan saya yang tugasnya hanya menundukkan kepala warga. Tapi saya lebih setuju uang itu dibilang tunjangan daripada gaji." Namun, tiba-tiba saja ada pelanggan yang datang minta dipangkas. Padahal sudah nampak tulisan tutup, tapi saya tetap memangkas karena masih tetangga juga. Dan setelah selesai dicukur, ia memberikan uang seratus ribuan dengan sengaja. Ia berkata, "udah bang simpen aja kembaliannya." Terdiam sebentar saya menyebut alhamdulillah. Dan saat itu juga si bujang ingin pulang. Ia membayar secangkir kopi ke istri saya dengan selembar lima puluh ribuan. Saya ucapkan banyak terima kasih pada mereka. Dan saya suruh mereka agar jangan sungkan-sungkan untuk berkunjung kembali di saat lebaran datang. Setidaknya untuk mencicipi toples-toples kosong di kios kami.
No comments:
Post a Comment