Aku pernah bertarung di alam jauh sana
Menahan aroma pemuda-pemudi sama corak
Bersama mereka aku selalu batuk berdahak
Menahan asap pekat nan dekat di mata
Yang membuat Kopi tak pernah kuseruputi
Yang ada hanya Bir dingin dan Soda energi
Hingga tiba di semenanjung putus cinta
Dan petualangan mencari Kopi-Kopi
Bersama seorang lelaki muda yang tak jauh beda parasnya denganku
Kita berjalan kesana-kemari
mencari Kopi-Kopi yang wajahnya tak terlukis di Ibu Kota
Semua orang tak tahu eksistensinya
Apalagi kita yang sudah mengasingkan diri dari pulau terjajah
Namun, Tuhan Maha Pengasih
sampailah berita ke telinga curiga
Melangkah kaki membawa cangkir
Seruputan kita dengan Kopi-Kopi hangat
Kopi-Kopi bukan sembarang hangat
Banyak keragaman dan perbedaan warna bungkus
Berawal dari Biru muda yang pertama disusul beberapa warna lainnya
Jika sudah bersama mereka,
Tinta menggores cepat dan Kertas semakin banyak
Tak perlu menggunakan pensil karena terbiasa menulis padat
Tak perlu menggunakan penghapus karena terbiasa menulis tepat
Aku sadar betul ketergantungan ini
Menghiasi awan-awan integritas dan spontanitas
Setiap hari kita berapi-api bersama Kopi-Kopi
Menyuruput makna demi makna kepala demi kepala
Hingga tiba di mana waktu mencekik dan mereka sudah hampir habis masanya
Kopi-Kopi itu tak lama lagi ditelan kebutuhan
Untuk memisah diri dari pangkuan induknya
Untuk membiayai bibit-bibit yang berkarat
Untuk mengolah kepahitan masing-masing
Tak ingin kita mereka hilang begitu cepat
Yang biasanya duduk melingkar laksana bulatan pandai
Yang pada mulanya bersulang dalam ketidaksengajaan
Yang hangat bersama isu-isu keseluruhan
Roda terus berotasi pada pijakannya
Dan Pasir semakin banyak tak tergenggam dihembus angin malam
Jika mereka harus hilang,
Haruskah kita susuli mimpi-mimpinya?
Untuk tetap saling memaknai,
Haruskah kita tidak memecah juga?
Bolehlah jika diizinkan berpesan;
Pesan pertama,
Jangan lupakan seruputan kita
Dalam pencarian yang sama
Pesan selanjutnya,
Jangan kau hilang begitu saja
Dalam tujuan yang berbeda-beda
Pesan terakhir,
Datanglah ke kawan lama
Sebagaimana lingkaran itu pernah ada
No comments:
Post a Comment