Aku sedang pergi menuju kost-kostan daerah persawahan di perbatasan Kota Jakarta. Sambil di temani Bulan aku membawa dua bungkusan. Jalanan tidak terlalu sepi karena ini adalah bulan pembukaan penuh adat. Perjalananku hampir sekitar tiga puluh menit. Hingga setibanya di depan gerbang cahaya sudah menyambut bungkusan. Ia membukakan segera dan menyuruh aku masuk ke ruang tamu yang dalamnya nampak beberapa kotak persegi tempat wanita menaung hari.
Sedikit buruk rupa ruangan, ada jemuran dan rak sepatu terpampang di dalam. Ada pula kotak pemancar sinyal tergantung namun fungsinya hiasan. Ucap sedikit percakapan, ia langsung menaruh sepasang alat penyantap di lantai. Akupun membuka bungkusan yang isinya masih hangat. Walaupun sempat tertiup angin perjalanan. Lanjut saja duduk melahap sambil menyuap. Kedamaian saat menyantap sambil menguap. Dan belum selesai bungkusan dikemudikan aku diajaknya masuk ke dalam kotak. Hingga setibanya berdetak di kotak terkejut aku oleh ketukan pintu.
Ternyata ibu yang datang menyuarakan. Cucuran Keringat kuhapus lekas. Mencoba detak jantung teredam dengan nafas berirama. Kemudian bangkit dan keluar ruangan. Kubiarkan saja ia di dalam kotak dengan sisa bungkusan. Dan seperti biasa meja sudah dipenuhi oleh bungkusan tanpa pengikat.
No comments:
Post a Comment