Saat berdawai, jiwanya baru bisa hidup bebas
Terbang ke sana kemari dengan wajah binar dan senyum manis
Namun,
Saat bercahaya, asalnya dari sesuatu yang mudah terbakar
Layaknya lampion yang terbungkus oleh kertas koran
Terang buram kata-kata berita di luar, panas api lancip di dalam
Nampak jari-jari mungilnya yang mengarah ke berbagai tujuan
"Slide kanan, slide kiri
Pull atas, pull bawah..."
Alhasil,
Macam istilah bercacat dan bercela jatuh ke tanah rimba
Tersimpul setengah mati oleh kabel-kabel Tuannya
Dan dengan keluguan hati yang entah bernyawa atau berdana,
Ia tertawa patah-patah diawasi oleh bayangannya sendiri
Tak sukar ia beri celah senyum lebar
Namun, suara merdunya tak menuntun ke alam nada
Karena saking silau sorot lampu yang membiusnya,
Wajah manis minornyapun berjibaku dengan wajah purba mayoritas
Nampak dari bola matanya yang berwarna abu-abu pekat
Hingga membuat tubuhnya tenggelam dalam lautan redup cahaya
Dan terjebak dalam tiga sengatan arus kehidupan;
Citra, dana dan fana
No comments:
Post a Comment