Saat aku berjalan mundur ke belakang,
Aku terjatuh menginjak sesuatu
Yang rupanya mirip batu kerikil
Ukurannya persis sama
Namun, teksturnya lembut
Seperti kain sutra milik Permaisuri
Hal tersebut membuatku tertidur pulas
Hingga burung-burung datang
Dan bersiul menyuruhku pulang
Kemudian,
Saat aku berjalan condong ke kanan,
Aku terpeleset menginjak sesuatu
Yang rupanya mirip buah pisang
Namun, warnanya cokelat kemerah-merahan
Seperti tanah merah yang dihujani air bandang
Dan akupun kembali tertidur pulas
Hingga angin jahat datang berhembus
Menghempaskan tubuhku kembali ke rumah
Kemudian,
Saat aku berjalan condong ke kiri
Aku pingsan melihat sesuatu
Yang rupanya mirip kelelawar domba
Berwajah muram dan berasayap hitam
Namun, bertanduk dua dan berbulu ikal layaknya domba
Dan seketika mata dan akalku menggelap gulita
Hingga terbit matahari datang
Sekujur tubuhku hilang tak berwarna
Menjadi manusia dengan wujud cahaya
Meskipun demikian,
Aku masih tetap menjalankan tubuh transparan ini
Ke arah jarum jam dua belas tepat
Yang terpampang di dinding kecil persegi panjang
Kali ini betul-betul bukan lagi duga sesuatu
Segala sesuatu sudah bercorak jelas
Segala sesuatu sudah bernama tunggal
Seperti fungsi juta bahasa yang menyembahyangi kepalaku
Yang pasti singgah karar di alam baka
No comments:
Post a Comment