Saturday, March 12, 2016

Dara

untukmu yang setia
enggan dipanggil merpati

transit di stasiun lamunan seorang penyair miskin
hendak saling mengikatkan surat di kakinya

kala itu,
mereka membangun sangkar dari ranting dan pepohonan
sebelum memasuki kereta yang menginjak-injak akar
sebelum mendengar riuhnya turbin di balik hujan
dan sebelum "mereka" para penyeberang ternanar
tertabrak kereta kuda berponi yang lamban

ia pun rela tak terbang ke atas
"Jenuh," katanya.
demi mengicip tunasosial ke bawah
di kawasan menengah namun menjulang tinggi
riuh gundah gulana penyuka ramai
di mana polusi ibu kota buat topeng di wajah
dan nostalgia buku-buku romansa
dan sumringah senyum satir di kata

kala itu,
aku diajaknya terbang ke dalam gerbong
melihat gurauan kosong
jauh di mata dekat di asa
kotak-kotak semiotika itu mendesah
hingga kesenyapan turbin perlahan mengunci
kotak-kotak yang sudah berbaris api tertata

kala itu,
bukan tamasya sepulang bekerja

dan malam pun telat pulang,
ia segera terbang ke atas
kembali ke sarangnya di balik awan

No comments:

Post a Comment