Waktu adalah ruang.
Ketika ia dipetakan dengan nurani,
maka tidak sedikit luas yang hilang. Karena nuraninya
berbeda dengan nuranimu dan nurani-Nya.
Pernahkah ia bertanya pada keseimbangan?
Seringkali ia mempertanyakannya.
Mengulas hal-hal pokok yang membangun dari dalam.
Dari dalam apa?
Tentunya, dari dalam akar yang menjalar menurutnya benar.
Bagaimana bisa ia memahami benarnya benar?
Kebenaran
yang selalu ia anggap
sebagai sebuah jalan
menuju ruang berikutnya.
Dalam interval yang memadai,
ruang itu pun hanya disinggahinya belaka.
Ia merangkai setiap kisah
bias dalam ruang intuisi benar.
Seberapa biaskah intuisi benar?
Perlawanan benar pun, salah.
Ia menjamah fikrah secara berlebih
di antara semua hal salah atau benar.
Jika melakukan tinjau muatan nurani di dalam citra,
dapat dipastikan keduanya melebur jadi satu.
Bahkan citra sudah menjalari nurani berwujud
yang menskemakan citra nurani.
Tak dapatkah kau sederhanakan lagi penjelasan tersebut?
Intinya, ia selalu ingin mengajakmu bepergian
Hingga masuk ke dalam ruang yang menurutnya benar.
Namun sebelum menurutinya,
adakalanya bawalah ia pergi
bertamasya ke kebun akal melintas.
No comments:
Post a Comment